Pages

Powered by Blogger.

Monday, December 12, 2016

Artikel
Meningkatkan perkembangan moral melalui membaca cerpen

            Pada penelitian tahun 2013 hingga saat ini penurunan moral sangatlah tinggi terutama yang dilakukan oleh pelajar. Hingga saat ini tercatat 15-20% dari remaja usia sekolah di indonesia sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah, 15 juta remaja perempuan usia 15-19 tahun melahirkan setiap tahunnya, diperkirakan terdapat 27.000 pekerja seks perempuan yang ada di indonesia dimana 30% adalah remaja berusia 15 tahun bahkan kurang. Menurut data kepolisian, setiap tahun pengguna narkoba selalu naik. Korban paling banyak berasal dari kelompok remaja sekitar 14.000 orang atau 19% dari keseluruhannya. Tak kalah dengan kasus-kasus lain, pada tahun 2009 kriminalitas yang dilakukan oleh remaja meningkat 35% diandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan angka kriminalitasdari tahun ke tahun.

            Saat ini yang sedang marak diberitakan adalah banyaknya kasus remaja yang memukuli gurunya, banyak kehidupan remaja yang kebarat-baratan. Hal itu tentu membuat perihatin semua orang, terutama para orang tua. Kehidupan remaja saat ini berbeda dengan kehidupan remaja di masa lalu. Pada saat ini remaja banyak dipengaruhi oleh perkembangan zaman terutama perkembangan iptek yang dapat mengakibatkan cepatnya informasi-informasi yang diterimanya. Faktor-faktor yang memengaruhi nilai dan moral meliputi faktor lingkungan, yang mencakup faktor psikologi, sosial, budaya, dan fisik kebendaan, baik yang terjadi di keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Selain itu juga terdapat pola beragama juga sangat berpengaruh terhadap anak yang mengharapkan anak dapat mempunyai budi pekerti yang luhur dan akhlak terpuji. 
Remaja diharapkan mampu meningkatkan moral dengan membaca bacaan yang sesuai dan yang baik untuk perkembangan moralnya. Namun yang menjadi masalah saat ini, remaja cenderung malas untuk membaca. Hasil penelitian internasional, programme for international student assessment (PISA) tahun 2015 tentang kemampuan membaca siswa menyebutkan bahwa kemampuan membaca siswa di indonesia menduduki urutan ke 69 dari 79 negara. Selain itu, meurut penelitian yang dilakukan oleh UNESCO, persentase minat baca anak indonesia sebesar 0,01%. Artinya dari 10.000 anak, hanya satu yag memiliki minat baca. Hal ini tentu membuat Indonesia krisis minat membaca.
            Membaca merupakan kemampuan dan keterampilan untuk membuat sesuatu penafsiran terhadap bahan yang dibaca. Kepandaian membaca tidak hanya menginterpretasikan huruf-huruf, gambar, dan angka-angka saja, tetapi yang lebih luas daripada itu ialah kemampuan seorang anak untuk dapat memahami makna dan pesan dari bacaan yang dibacanya.
            Aspek membaca meliputi kesenangan membaca, kesadaran akan manfaat membaca, dan jumlah buku bacaan yang pernah dibaca. Minat membaca dari seorang remaja harus dipupuk dan dibina. Pembinaan minat baca merupakan proses yang berkelanjutan untuk membantu individu terutama remaja agar minat bacanya tumbuh dan berkembang. Dengan begitu minat baca akan meningkat dan mampu berkembang mengambil pesan atau amanat dalam sebuah bacaan tersebut sehingga perkembangan moral pada anak akan baik.
            Dalam peningkatan perkembangan moral pada anak ini akan menggunakan karya sastra sebagai media bacaan remaja. Remaja lebih cenderung senang dengan karya-karya sastra dibanding dengan buku-buku yang bisa dibilang berat isinya. Membaca karya sastra tidak hanya untuk kesenangan. Sebabnya karya sastra sesungguhnya juga miniatur kehidupan dengan berbagai persoalan. Dari karya sastra itulah remaja atau anak dapat menjadikannya cermin kehidupan serta memperoleh pelajaran, karena karya sastra itu pun mengandung ajaran moral (didaktis), estetika, dan berbagai ilmu yang menyangkut tata pergaulan sesama umat manusia.
            Karya sastra baik yang berbentuk puisi, prosa, maupun drama, tidak lepas dari nilai-nilai budaya, sosial, maupun moral. Nilai budaya berkaitan dengan pemikiran, kebiasaan, dan hasil karya cipta manusia. Nilai sosial berkaitan dengan tata laku hubungan antara sesama manusia. Dan nilai moral berkaitan dengan perbuatan baik dan buruk yang menjadi dasar kehidupan manusia dan masyarakatnya.
            Terkait dengan peningkatan perkembangan moral dengan cara meningkatkan minat baca karya sastra tentu akan membuat sesuatu yang berdeda dengan yang lain. Pembelajaran cerpen dapat mengurangi permasalahan  moral siswa yang tidak  lepas  dari kompleksitas  perkembangan  zaman, perkembangan  media  elektronik, kebutuhan  ekonomi  keluarga,  media elektronik  seperti  televisi,  handphone, internet  adalah  alat  media  yang  sangat berpengaruh  di  kehidupan  siswa. Sinetron-sinetron  yang  isinya  tidak  dapat dipertanggungjawabkan, gambar atau film pornografi  menghantui  jiwa  dan  pikiran siswa, kekerasan dan tindak asusila kerap menjadi  tontonan  yang  fenomenal.
Cerita  pendek (cerpen)  adalah  bagian  dari  sastra  yang memiliki  nilai  estetik  yang  mengandung unsur-unsur  kehidupan  masyarakat. Bersama unsur intrinsik dan ekstrinsiknya yang membentuk kesatuan, sastra (cerpen)memancarkan  estetikanya  sehingga  dapat dinikmati  penikmatnya.  Medium  sastra adalah  bahasa.  Kelebihan  Cerpen  atau cerita  pendek  adalah  kemampuannya mengemukakan  secara  lebih  banyak secara  implisit  dari  sekadar  yang diceritakan.  Memahami  sebuah   cerita pendek  adalah  bagian  dari  kegiatan menikmati  karya  sastra  secara  lebih mendalam  dan  lebih  serius.  Karena  di dalam  cerita  pendek  terdapat  cerita  ataukisah  secuil  dari  kehidupan  yang bermakna.  Sebagai  karya  sastra,  cerita pendek  mengandung  makna  yang  perlu diiterpretasikan.
Pembelajaran  sastra  adalah pembelajaran  nilai-nilai  kehidupan  lewat peristiwa-peristiwa  fiksi.  Sehingga  siswa diajak  untuk  berpikir  dan  mengapresiasi persoalan-persoalan  yang  dihadirkan melalui  cerita. Pemberian materi mengenai pembelajaran sastra khususnya menulis cerpen tentu sangat mudah jika diberikan kepada anak atau remaja misalnya melalui guru sebagai pengajar, dan juga fasilitas buku di perpustakaan sekolah. Anak atau remaja yang tidak mendapatkan pengajaran membaca cerpen di sekolah dapat pula membaca cerpen melalui perpustakaan keliling maupun kelompok-kelompok belajar di luar sekolah sehingga apa yang menjadi tujuan awal yaitu peningkatan moral pada anak akan tercapai dengan baik dengan adanya kegiatan membaca cerpen.
            Kesimpulanya, membaca cerpen merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menigkatkan perkembangan moral anak atau remaja. Cerpen merupakan salah satu karya sastra atau bacaan yang ringan dan mudah dipahami. Cerpen mengandung banyak nilai yang bisa dipetik oleh sang pembaca diantaranya adalah nilai sosial, nilai agama, nilai budaya, dan juga nilai moral. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara memberikan suatu pembelajaran sastra pada anak atau remaja dimana sastra yang ditekankan adalah cerpen. Selain itu, melalui perpustakaan juga anak atau remaja dapat membaca cerpen. Bagi yang tidak mendapatkan pengajaran cerpen di sekolah, banyak pula perpustakaan keliling yang ditujukan langsung untuk masyarakat sehingga apa yang menjadi tujuan awal yaitu peningkatan moral pada anak akan tercapai dengan baik dengan adanya kegiatan membaca cerpen. Jadi, selain dapat meningkatkan minat membaca pada anak, cerpen juga dapat menjadi media untuk meningkatkan perkembangan moral pada anak atau remaja.

DAFTAR PUSTAKA


Kosasih, E. 2012. Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya

Nugraheni, Esti. 2013. Membentuk Kearifan Berpikir Siswa Melalui Pembelajaran Cerpen. Jurnal Dinas Pendidikan Kota Surabaya; Volume 5.

Rifa’i, Achamad dan Catharina. 2015. Psikologi Pendidikan. Semarang: Universitas Semarang Press.




No comments:

Post a Comment

 

Blogger news

Blogroll

Most Reading